" PEMERIKSAAN FISIK OROFARINX "
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Orofarinx terletak
di belakang cavum oris dan terbentang dari palatum molle sampai ke pinggir atas
epiglottis. Orofarinx mempunyai atap, dasar, dinding anterior, dinding
posterior dan dinding lateral. Atap ofarinx dibentuk oleh permukaan bawah
palatum molle dan isthmus phryngeus. Kumpulan kecil jaringan imfoidsar terdapat didalam submucosa permukaan bawah
pallatum molle. Dasar orofarinx disebut oleh sepertiga posterior lidah (yang
hampir vertikal) dan celah antara lidah dan permukaan interior epiglottis.
Dinding interior terbuka kedalam rongga mulut melalui isthmus orofarinx
(isthmus faucium) di bawah isthmus ini terdapat phars phryngeus linguae.
Tujuan penulisan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah KDM 1 (Konsep Dasar Manusia 1) dan
untuk mengetahui anatomi orofarinx dan cara pemeriksaannya yang melalui
Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi.
2.
Rumusan
Masalah
1.
Apa saja anatomi orofarinx ?
2.
Apa yang dimaksud inspeksi dan bagaimana
cara pemeriksaannya ?
3.
Apa yang dimaksud palpasi dan bagaimana
cara pemeriksaannya ?
4.
Apa yang dimaksud perkusi dan bagaimana
cara pemeriksaannya ?
5.
Apa yang dimaksud auskultasi dan
bagaimana cara pemeriksaannya ?
1.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui anatomi orofarinx
2.
Untuk mengetahui Inspeksi dan cara
pemeriksaannya
3.
Untuk mengetahui Palpasi dan cara
pemeriksaannya
4.
Untuk mengetahui Perkusi dan cara
pemeriksaannya
5.
Untuk mengetahui Auskultasi dan cara
pemeriksaannya
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Orofarinx
Batas-batas orofaring adalah
ujung bawah dari langit-langit lunak dan superior tulang hyoid inferior. Batas
anterior dibentuk oleh inlet orofaringeal dan pangkal lidah, dan batas
posterior dibentuk oleh otot-otot konstriktor superior dan menengah dan mukosa
faring atasnya mereka.
Orofaring berkomunikasi
dengan rongga mulut melalui saluran masuk orofaringeal, melalui yang menerima
bolus makanan. Inlet orofaringeal terbuat dari lipatan lateral yang
palatoglossal, hanya anterior tonsil palatina. Lipatan itu sendiri terbuat dari
otot palatoglossus, yang berasal pada langit-langit itu sendiri dan mukosa
diatasnya nya.
Inferior, sepertiga
posterior lidah, atau pangkal lidah, terus batas anterior orofaring. Vallecula
yang, yang merupakan ruang antara pangkal lidah dan epiglotis, membentuk
perbatasan inferior dari orofaring. Ini biasanya pada tingkat tulang hyoid.
Dalam dinding-dinding
lateral orofaring adalah tonsil palatina dipasangkan, duduk di fosa anterior
dipisahkan oleh lipatan palatoglossal dan posterior oleh lipatan
palatopharyngeal. Amandel adalah massa jaringan limfoid yang terlibat dalam
respon imun lokal untuk patogen lisan.
Otot-otot yang membentuk
dinding posterior orofaring adalah constrictors tumpang tindih faring superior
dan menengah dan membran mukosa diatasnya. Saraf glossopharingeus dan otot
faring stylopharyngeus masukkan di perbatasan antara constrictors unggul dan
menengah.
2.2 Cara Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Inspeksi
a. Definisi
Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan indera penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna, posisi, ukuran, tumor dan lainnya dari tubuh pasien.
Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan indera penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna, posisi, ukuran, tumor dan lainnya dari tubuh pasien.
Cara
pemeriksaan:
1) Posisi
pasien dapat tidur, duduk atau berdiri
2) Bagian tubuh
yang diperiksa harus terbuka (diupayakan pasien membuka sendiri pakaiannya
Sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus, namun dibuka seperlunya untuk
pemeriksaan sedangkan bagian lain ditutupi selimut).
3) Bandingkan
bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan abnormalitas.
4) Catat
hasilnya
2. Pemeriksaan Palpasi
a. Definisi
Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang
dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari
atau tangan. Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya
getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan
kelainan dari jaringan/organ tubuh. Dengan kata lain bahwa palpasi merupakan
tindakan penegasan dari hasil inspeksi, disamping untuk menemukan yang tidak
terlihat.
b. Cara
pemeriksaan
1) Posisi
pasien bisa tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa dan
Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
2) Pastikan
pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman untuk menghindari
ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan
3) Kuku
jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering
4) Minta
pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
5) Lakukan
Palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan yaitu dengan tekanan ringan dan sebentar
6) Palpasil
daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan menandakan kelainan
7) Lakukan
Palpasi secara hati-hati apabila diduga adanya fraktur tulang.
8) Hindari
tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah.
9) Lakukan
Palpasi ringan apabila memeriksa organ/jaringan yang dalamnya kurang dari 1 cm.
10) Lakukan
Palpasi agak dalam apabila memeriksa organ/jaringan dengan kedalaman 1 - 2,5
cm.
11) Lakukan Palpasi bimanual apabila melakukan pemeriksaan dengan
kedalaman lebih dari 2,5 cm. Yaitu dengan mempergunakan kedua tangan dimana
satu tangan direlaksasi dan diletakkan dibagian bawah organ/jaringan tubuh,
sedangkan tangan yang lain menekan kearah tangan yang dibawah untuk mendeteksi
karakteristik organ/ jaringan.
12) Rasakan dengan seksama kelainan organ/jaringan,
adanya nodul, tumor bergerak/tidak dengan konsistensi padat/kenyal, bersifat
kasar/lembut, ukurannya dan ada/tidaknya getaran/ trill, serta rasa nyeri raba
/ tekan .
13) Catatlah
hasil pemeriksaan yang didapat
3. Pemeriksaan Perkusi
a. Definisi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan
mendengarkan bunyi getaran/ gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh
dari bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari
atau tangan pada permukaan tubuh. Perjalanan getaran/ gelombang suara
tergantung oleh kepadatan media yang dilalui. Derajat bunyi disebut dengan
resonansi. Karakter bunyi yang dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran,
bentuk, dan kepadatan struktur di bawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu
semakin banyak jaringan, semakin lemah hantarannya dan udara/ gas paling
resonan.
b. Cara
pemeriksaan
1) Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri
tergantung pada bagian mana yang akan diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa
harus terbuka
2) Pastikan
pasien dalam keadaan rilek dan posisi yang nyaman untuk menghindari ketegangan
otot yang dapat mengganggu hasil perkusi.
3) Minta
pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
4) Kuku
jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.
5) Lakukan
perkusi secara seksama dan sistimatis yaitu dengan :
a) Metode
langsung yaitu melakukan perkusi atau mengentokan jari tangan langsung dengan
menggunakan 1 atau 2 ujung jari.
b) Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut :
(1) Jari tengah tangan kiri (yang
tidak dominan) sebagai fleksimeter di letakkan dengan lembut di atas permukaan
tubuh, upayakan telapak tangan dan jari-jari lain tidak menempel pada permukaan
tubuh.
(2) Ujung jari
tengah dari tangan kanan (dominan) sebagai fleksor, untuk memukul/ mengetuk
persendian distal dari jari tengah tangan kiri.
(3) Pukulan
harus cepat, tajam dengan lengan tetap/ tidak bergerak dan pergelangan tangan
rilek.
(4) Berikan
tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh.
(5) Bandingkan
bunyi frekuensi dengan akurat.
6) Bandingkan
atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi.
a) Bunyi
timpani mempunyai intensitas keras, nada tinggi, waktu agak lama dan kualitas
seperti drum (lambung).
b) Bunyi resonan mempunyai intensitas menengah, nada
rendah, waktu lama, kualitas bergema (paru normal).
c) Bunyi
hipersonar mempunyai intensitas amat keras, waktu lebih lama, kualitas ledakan
(empisema paru).
d) Bunyi
pekak mempunyai intensitas lembut sampai menengah, nada tinggi, waktu agak lama
kualitas seperti petir (hati).
e) Bunyi
kempes mempunyai intensitas lembut, nada tinggi, waktu pendek, kualitas datar
(otot).
4. Pemeriksaan Auskultasi
a. Definisi
Aukultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan
mendengarkan bunyi yang terbentuk di dalam organ tubuh. Hal ini dimaksudkan
untuk mendeteksi adanya kelainan dengan cara membandingkan dengan bunyi normal.
Auskultasi yang dilakukan di dada untuk mendengar suara napas dan bila
dilakukan di abdomen mendengarkan suara bising usus.
b. Penilaian
pemeriksaan auskultasi meliputi :
1) Frekuensi
yaitu menghitung jumlah getaran permenit.
2) Durasi
yaitu lama bunyi yang terdengar.
3) Intensitas
bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara
4) Kualitas
yaitu warna nada/ variasi suara.
Pemeriksa harus mengenal berbagai tipe bunyi normal
yang terdengar pada organ yang berbeda, sehingga bunyi abnormal dapat di
deteksi dengan sempurna. Untuk mendeteksi suara diperlukan suatu alat yang
disebut stetoskop yang berfungsi menghantarkan, mengumpulkan dan memilih
frekuensi suara. Stetoskop terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian kepala,
selang karet/plastik dan telinga. Selang karet/plastik stetoskop harus lentur
dengan panjang 30-40 cm dan bagian telinga stetoskop yang mempunyai sudut binaural
dan bagiannya ujungnya mengikuti lekuk dari rongga telinga Kepala stetoskop
pada waktu digunakan menempel pada kulit pasien. Ada 2 jenis kepala stetoskop
yaitu :
1) Bel
stetoskop digunakan untuk bunyi bernada rendah pada tekanan ringan, seperti
pada bunyi jantung dan vaskuler. Bila ditekankan lebih kuat maka nada frekuensi
tinggi terdengar lebih keras karena kulit menjadi teranggang, maka cara
kerjanya seperti diafragma.
2) Diafragma
digunakan untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru
c. Cara
pemeriksaan
1) Posisi
pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa
dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
2) Pastikan
pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman
3) Pastikan
stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor antara bagian kepala, selang dan
telinga
4) Pasanglah
ujung steoskop bagian telinga ke lubang telinga pemeriksa sesuai arah, ukuran
dan lengkungannya. Stetoskop telinga
5) Hangatkan
dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada telapak tangan pemeriksa
atau menggosokan pada pakaian pemeriksa
6) Tempelkan
kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa dan lakukan
pemeriksaan dengan seksama dan sistimatis
7) Pergunakanlah
bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada rendah pada tekanan ringan yaitu
pada bunyi jantung dan vaskuler dan gunakan diafragma untuk bunyi bernada
tinggi seperti bunyi usus dan paru
8) Informasikan
hasil pemeriksaan dan catat pada status.
d. Posisi
Pemeriksaan
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal,
maka posisi pemeriksaan sangat menentukan. Beberapa posisi yang umum dilakukan
yaitu :
1. Posisi
duduk dapat dilakukan di kursi atau tempat tidur. Digunakan untuk pemeriksaan
pada kepala, leher, dada, jantung, paru, mamae, ektremitas atas.
2. Posisi
supine (terlentang) yaitu posisi berbaring terlentang dengan kepala disangga
bantal. Posisi ini untuk pemeriksaan pada kepala, leher, dada depan, paru,
mamae, jantung, abdomen, ektremitas dan nadi perifer
3. Posisi
dorsal recumbent yaitu posisi berbaring dengan lutut ditekuk dan kaki menyentuh
tempat tidur
4. Posisi sims
(tidur miring) , untuk pemeriksaan rectal dan vagina
5. Posisi
Prone (telungkup), untuk evaluasi sendi pinggul dan punggung
6. Posisi
lithotomi yaitu posisi tidur terlentang dengan lutut dalam keadaan fleksi.
Untuk pemeriksaan rectal dan vagina
7. Posisi knee
chest (menungging), untuk pemeriksaan rectal
8. Posisi
berdiri yaitu untuk evaluasi abnormalitas postural, langkah dan keseimbangan.
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Bahwa
orofaring merupakan organ tubuh manusia yang penting, karena orofaring dapat
berkomunikasi dengan rongga mulut melalui saluran masuk orofaringeal melalui
yang menerima bolus makanan dan untuk mengetahui tindakan – tindakan yang akan
dilakukan dalam pemeriksaan melalui inspeksi, palpasi, perkusi,dan auskultasi.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar