Sabtu, 13 Desember 2014

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI : LUNG



PEMERIKSAAN FISIK "PARU-PARU "

BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Tubuh kita bergantung pada sistem pernapasan untuk dapat hidup, pengkajian pernapasan mengandung aspek penting dalam mengevaluasi kesehatan. Sistem pernapasan terutama berfungsi untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru-paru dan jaringan serta untuk mengatur keseimbangan asam-basa. Setiap perubahan dalam sistem ini akan mempengaruhi sistem tubuh lainnya. Pada sistem pernapasan khususnya pada paru-paru. Pemeriksaan dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi paru dengan cara pemeriksaan diantaranya inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Paru-paru merupakan organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia karena tanpa paru-paru manusia tidak dapat hidup. Oleh sebab itu jangan menganggap kalau ada suatu gejala yang dirasakan pada bagian dada meskipun itu tidak sering dirasakan. Bisa saja itu ada gangguan pada organ paru-paru. Maka dari itu perlu adanya pemeriksaan sedini mungkin untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.
1.2   Rumusan Masalah
• Bagaimanakah Anatomi Paru-paru?
• Apa saja fungsi paru-paru?
• Apa saja cara untuk pemeriksaan paru-paru?
1.3   Tujuan
• Mengetahui anatomi paru-paru.
• Mengetahui fungsi-fungsi paru-paru
• Mengetahui cara-cara pemeriksaan paru-paru.

BAB II
PEMBAHASAN
1.1  ANATOMI
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung – gelebung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m2 pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
Paru-paru sendiri dibagi mejadi dua. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru) :
a. Lobus pulmo dekstra superior,
b. Lobus medial
c. Lobus inferior
Tiap lobus tersusun oleh lobulus.  Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinister lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri atas belahan-belahan yang lebih kecil bernama segment.
 Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu :
 5 buah segment pada lobus superior, danü
 5 buah segment pada inferior

 Paru-paru kanan mempunyai 10 segmet yakni :
5 buah segment pada lobus inferior
2 buah segment pada lobus medialis
 3 buah segment pada lobus inferiorü

Tiap-tiap segment ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah geteh bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang=cabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.

Letak paru-paru
Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut. Paru-paru terletak pada rongga dada (thoraks), datarannya menghadap ke tengah rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) dan dasar
Paru-paru dibungkus oleh selaput selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua :
·         Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru.
·         Pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dinding dada.

Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna unuk meminyaki permukaannya (pleura), menghindrkn gesekan antara paru-paru dan dinding dada dimana sewaktu bernafas bergerak.
Paru kanan dibagi oleh dua buah incisura interlobaris. Fissura oblik memisahkan lobus inferior daripada lobus medius dan lobus superior. Fissura minor memisahkan lobus superior dari lobus medius, terletak horisontal, ujung dorsal bertemu dengan fissura oblik, ujung ventral terletak setinggi pars cartilaginis costa IV. Pada facies mediastinalis fissura horisontalis (fissura minor) melampaui bagian dorsal hilus paru. Lobus medius adalah lobus yang terkecil dari lobus lainnya, dan berada di bagian ventrokaudal, bentuk paru kanan bentuknya lebih kecil tetapi lebih berat dan total kapasitasnya lebih besar.

1.2     Fungsi.
Paru-paru merupakan organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia karena tanpa paru-paru manusia tidak dapat hidup. Dalam Sistem Ekskresi, paru-paru berfungsi untuk mengeluarkan Karbondioksida (CO2) dan Uap air (H2O).
Didalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui hidung

2.3. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik dilakukan setelah pengumpulan riwayat kesehatan. Gunakan teknik inspeksi, palpasi, dan auskultasi. Keberhasilan pemeriksaan mengharuskan Anda untuk menguasai landmarks anatomi paru-paru. Gunakan landmarks ini untuk menemukan letak dan mengetahui struktur organ lainnya yakni, jantung, dan pembuluh darah besar. Bandingkan sisi yang satu dengan sisi lainnya. (Poltekkes Malang//DIII Keperawatan Lawang). Bandingkan temuan pada satu sisi paru dengan sisi paru sebelahnya. Palpasi, perkusi, dan auskultasi dilakukan dari depan ke belakang atau dari satu sisi paru ke sisi lainnya sehingga Anda dapat secara kontinu mengevaluasi temuan dengan menggunakan sisi sebelahnya sebagai standar perbandingan.
Kondisi fisik diperhatikan selama pemeriksaan paru. Kaji tingkat kesadaran dan orientasikan selama pemeriksaan untuk menentukan kecukupan pertukaran gas.
2.3.1. Inspeksi
Inspeksi paru terutama meliputi observasi, pergerakan, pernapasan, seperti yang dibahas sebelumnya. Evaluasi kecepatan (jumlah permenit), irama (teratur tidak teratur atau periodic), kedalaman (dalam atau dangkal), dan kualitas pernapasan (tanpa usaha, otomatis, sulit, atau dengan usaha). Perhatikan karakter bunyi nafas, seperti suara berisik, suara yang rendah, dan kasar, mendengkur.
Evaluasi pergerakan pernapasan dengan meletakkan kedua telapak tangan mendatar pada bagian punggung atau dada dengan kedua ibu jari berada pada garis tengah sepanjang pinggir iga bagian bawah paru. Selama pernafasan, tangan akan bergerak seiring dinding dada. Kaji jumlah dan kecepatan selama pernafasan dan perhatikan apakah ada ketidak simetrisan pergerakan.

2.3.2. Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur, turgo (tekanan), bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran. Dada dipalpasi untuk mengevaluasi kulit dan dinding dada. Palpasi dada dan medula spinalis adalah teknik skrining umum untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas seperti inflamasi.
Perlahan letakan ibu jari tangan yang akan mempalpasi pada satu sisi trakhea dan jari-jari lainnya pada sisi sebelahnya. Gerakan trakhea dengan lembut dari satu sisi ke sisi lainnya sepanjang trakhea sambil mempalpasi terhadap adanya massa krepitus, atau deviasi dari garis tengah. Trakhea biasanya agak mudah digerakkan dan dengan cepat kembali ke posisi garis tengah setelah digeser. Masa dada, goiter, atau cedera dada akut dapat mengubah letak trakhea.
Palpasi dinding dada menggunakan bagian tumit atau ulnar tangan Anda. Palpasi dibarengi dengan inspeksi terutama efektif dalam mengkaji apakah gerakan, atau ekskursi toraks selama inspirasi dan ekspirasi, amplitudonya simetris atau sama. Selama palpasi kaji adanya krepitus (udara dalam jaringan subkutan); defek atau nyeri tekan dinding dada; tonus otot; edema; dan fremitus taktil, atau vibrasi gerakan udara melalui dinding dada ketika sedang bicara.
Untuk mengevaluasi ekskursi toraks, diminta untuk duduk tegak (jika memungkinkan), dan tangan pemeriksa diletakkan pada dinding dada posterior (bagian punggung). Ibu jari tangan pemeriksa saling berhadapan satu sama lain pada kedua sisi tulang belakang, dan jari-jari lainnya menghadap ke atas membentuk posisi seperti kupu-kupu. Saat klien menghirup napas tangan pemeriksa harus bergerak ke atas dan keluar secara simetri. Adanya gerakan asimetri dapat menunjukkan proses penyakit pada region tersebut.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
· Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
· Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
· Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
· Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.

2.3.3. Perkusi
Perkusi adalah teknik pengkajian yang menghasilkan bunyi dengan mengetuk dinding dada dengan tangan. Pengetukan dinding dada antara iga menghasilkan berbagai bunyi yang digambarkan sesuai dengan sifat akustiknya-resonan, hiperesonan, pekak, datar, atau timpanik. Bunyi resonan terdengar di atas jaringan paru normal. Bunyi hiperesonan terdengar pada adanya peningkatan udara dalam paru-paru atau spasium pleural. Bunyi akan ditemukan dengan emfisema dan pneumotoraks. (Poltekkes Malang//DIII Keperawatan Lawang).Bunyi pekak terjadi di atas jaringan paru yang padat, seperti pada tumor atau konsolidasi jaringan paru. Bunyi ini biasanya terdengar di atas jantung dan hepar. Bunyi datar akan terdengar saat perkusi dilakukan pada jaringan yang tidak mengandung udara. Bunyi timpani biasanya terdengar di atas lambung, usus besar. Perkusi dimulai pada apeks dan diteruskan sampai ke dasar, beralih dari area posterior ke area lateral dan kemudian ke area anterior. Dada posterior paling baik diperkusi dengan posisi berdiri tegak dan tangan disilangkan di depan dada untuk memisahkan skapula.
Perkusi juga dilakukan untuk mengkaji ekskursi diafragma. Untuk menghirup napas dalam dan menahannya ketika Anda memperkusi ke arah bawah bidang paru posterior dan dengarkan bunyi perkusi yang berubah dari bunyi resonan ke pekak. Tandai area ini dengan pena. Proses ini diulang setelah menghembuskan napas, tandai lagi area ini. Kaji kedua sisi kanan dan kiri. Jarak antara dua tanda seharusnya 3 sampai 6 cm, jarak lebih pendek ditemukan pada wanita dan lebih panjang pada pria.
Tanda pada sebelah kiri akan sedikit lebih tinggi karena adanya hepar. Dengan kenaikan diafragma yang berhubungan dengan proses patologis akan mempunyai penurunan ekskursi diafragma. Jika klien mempunyai penyakit pada lobus bawah (mis. konsolidasi atau cairan pleural), akan terdengar bunyi perkusi pekak. Bila ditemukan abnormalitas lain, pemeriksaan diagnostik lain harus dilakukan untuk mengkaji masalah secara menyeluruh.
·         Suara-suara yang dijumpai pada perkusi :
Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.
Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.

2.3.4. Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop. Dengan mendengarkan paru-paru ketika bernapas melalui mulut, pemeriksa mampu mengkaji karakter bunyi napas, adanya bunyi napas tambahan, dan karakter suara yang diucapkan atau dibisikan. Dengarkan semua area paru dan dengarkan pada keadaan tanpa pakaian; jangan dengarkan bunyi paru dengan mengenakan pakaian, selimut, gaun, atau kaus. Karena bunyi yang terdengar kemungkinan hanya bunyi gerakan pakaian di bawah stetoskop.
Status patensi jalan napas dan paru dapat dikaji dengan mengauskultasi napas dan bunyi suara yang ditransmisikan melalui dinding dada. Untuk dapat mendengarkan bunyi napas di seluruh bidang paru, perawat harus meminta untuk bernapas lambat, sedang sampai napas dalam melalui mulut. Bunyi napas dikaji selama inspirasi dan ekspirasi. Lama masa inspirasi dan ekspirasi, intensitas dan puncak bunyi napas juga dikaji. Umumnya bunyi napas tidak terdengar pada lobus kiri atas, intensitas dan karakter bunyi napas harus mendekati simetris bila dibandingkan pada kedua paru. Bunyi napas normal disebut sebagai vesikular, bronkhial, dan bronkhovesikular.
Perubahan dalam bunyi napas yang mungkin menandakan keadaan patologi termasuk penurunan atau tidak terdengar bunyi napas, peningkatan bunyi napas, dan bunyi napas saling mendahului atau yang dikenal dengan bunyi adventiosa. (Poltekkes Malang//DIII Keperawatan Lawang). Peningkatan bunyi napas akan terdengar bila kondisi seperti atelektasis dan pneumonia meningkatkan densitas (ketebalan) jaringan paru. Penurunan atau tidak terdengarnya bunyi napas terjadi bila transmisi gelombang bunyi yang melewati jaringan paru atau dinding dada berkurang.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
  • Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
  • Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
  • Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
  • Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
Contohnya pemeriksaan dengan alat Spirometer. Berikut cara pemeriksaannya :
1.            Siapkan alat spirometri
2.            Nyalakan alat terlebih dahulu dengan memencet tombol ON. Masukkan data seperti umur, seks, TB, BB
3.            Kemudian masukkan mouthpiece yang ada dalam alat spirometri kedalam mulutnya dan tutuplah hidung dengan penjepit hidung.
4.            Untuk mengatur pernapasan, bernapaslah terlebih dahulu dengan tenang sebelum melakukan pemeriksaan.
5.            Tekan tombol start jika sudah siap untuk memulai pengukuran.
6.            Mulai dengan pernapasan tenang sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi maksimal (tidak terputus). Bila dilakukan dengan benar maka akan keluar data dan kurva pada layar monitor spirometri.
7.            Kemudian ulangi pengukuran dengan melanjutkan inspirasi dalam dan ekspirasi maksimal.
8.            Setelah selesai lepaskan mouthpiece, periksa data dan kurva kemudian dilanjutkan dengan mencetak hasil rekaman (tekan tombol print pada alat spirometri).


BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan.
Dari makalah di atas, maka peulis dapat menyimpulkan bahwa pemerikasaan paru-paru sangatlah penting, terutama bagi pernafasan. Disamping itu ada cara-cara pemeriksaan paru-paru agar mempermudah untuk mengetahui kondisi paru-paru yang diperiksa.
3.2   Saran.
a. Diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk tidak mengabaikan kondisi kesehatan tubuh terutama pada paru-paru.
b. Kepada tenaga kesehatan untuk dapat mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya organ dalam tubuh seperti paru-paru


DAFTAR PUSTAKA

·         http://google.com
·         www.wikipedia.org
·         http://buku-asuhan.keperawatan.blogspot.com/2010/02/pemeriksaan-fisik-pada-paru-paru.html

Jumat, 12 Desember 2014

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI : MATA



" PEMERIKSAAN FISIK PADA MATA "


BAB I
PENDAHULUAN

·         LATAR BELAKANG
Pemeriksaan mata adalah sebuah proses dari seorang ahli medis ,memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekamedis dan akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Organ utama di periksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, akan tetapi pada mata tes perkusi tidak dapat dilakukan.

·         RUMUSAN MASALAH
1.       Bagaimana struktur anatomi mata?
2.       Bagaimana cara pemeriksaan mata secara inspeksi?
3.       Bagaimana cara pemeriksaan mata secara palpalasi?
4.       Bagaimana cara pemeriksaan mata secara auskultasi?

·         TUJUAN PEMBAHASAN
1.       Mengetahui struktur anatomi mata
2.       Mengetahui pemeriksaan mata secara inspeksi
3.       Mengetahui pemeriksaan mata secara palpalasi
4.       Mengetahui pemeriksaan mata secara auskultasi

·         METODE PEMBAHASAN
1.       Mencari materi pembahasan di internet
2.       Mencari materi pembahasan di perpustakaan



 
BAB II
PEMBAHASAN

ü Anatomi Mata

ü Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan.
Inspeksi kornea, ruang interior, dan iris
  • Untuk menginspeksi kornea dan ruang anterior, arahkan cahaya senter ke dalam mata klien dari beberapa sudut sisi ( secara tangen ). Normalnya, koernea dan ruang anterior bersih dan transparan. Hitung kedalaman ruang anterior dari samping dengan menggambarkan jarak antara kornea dengan iris. Iris harus teriluminasi dengan cahaya dari samping. Permukaan kornea normalanya tampak bercahaya dan terang tanpa adanya jaringan parut atau ketidakteratura. Pada klien lansia, arkus sinilis ( cincin abu-abu putih di sekeliling tepi kornea ) merupakan hal yang normal.                                                                                                                                                                                                                                                               

  • Uji  sensitivitas korneal, yang menunjukan keutuhan fungsi saraf kranial V (saraf trigenus) dengan sedikit mengusapkan kapas di permukaan kornea. Kelopak di kedua mata harus menutup ketika anda menyentuh kornea. Gunakan kapas yang berbeda untuk setiap mata untuk menghindari konstaminasi silang.
  • Inspeksi bentuk iris, yang harus tampak datar jika dipandang dari samping, dan juga warnanya.
Inspeksi pupil
  • Periksa kesamaan ukuran, bentuk, reaksi terhadap cahaya, daya akomodasi pada pupil masing-masing mata. Untuk menguji reaksi pupil terhadap cahaya, gelapkan ruangan, dan dengan klien menatap lurus kearah titik yang sudah ditentukan, sorotkan senter dari samping mata kiri ketengah pupilnya. Kedua pupil harus berespon ; pupil yang menerima cahaya langsung berkonstriksi secara langsung, sementara pupil yang lain berkonstriksi secara bersamaan dan secara penuh.
  • Sekarang uji pupil mata kanan. Pupil harus bereaksi segera, seimbang, dan cepat (dalam 1 sampai 2 detik). Jika hasilnya tidak meyakinkan, tunggu 15 sampai 30 detik dan coba lagi. Pupil harus bundar dan sama sebelum dan sesudah kilatan cahaya.
  • Untuk menguji akomodasi, minta klien menatap objek di seberang ruangan. Normalnya pupil akan dilatasi. Kemudian minta klien untuk menatap jari telunjuk anda atau pada pensil yang berjarak 60 cm. Pupil harus berkonstriksi dan mengumpul seimbang pada objek. Untuk mendokumentasikan pengkajian pupil normal, gunakan singktan PERRLA ( yang merupakan kepanjangan dari : Pupils Equal, Round, Reactive to light, dan Accomodation ) dan istilah langsung dan coensual. Ingat bahwa pada klien lansia, akomodasi dapat berkurang.
ü Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba.
Palpasi mata
  • Palpasi dengan perlahan adanya pembengkakan dan nyeri tekan padakelopak mata. Kemudian, palpasi bola mata dengan menempatkan kedua ujung jari telunjuk di kelopak mata di atas sklera sementara klien melihat ke bawah.  Mata harus terasa sama keras.
  • Kemudian, palpasi kantong  lakrimal dengan menekankan jari telunjuk pada lingkar orbital bawah pada sisi yang paling dekat dengan hidung klien. Sambil menekan, obserfasi adanya regurtitasi abnormal materi purulen atau air mata yang berlebihan pada punctum, yang dapan mengindikasikan adanya sumbatan dalam duktus nasolakrimal.



ü Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Pemeriksaan dengan oftalmoskop
  • Untuk melakukan pemeriksaan dengan oftalmoskop, tempatkan klien diruang yang digelapkan atau setengah gelap, anda dan klien tidak boleh memakai kacamata kecuali jika anda sangat miop atau astigmatis. Lensa kontak boleh dipakai oleh anda atau klien.
  • Duduk atau berdiri didepan klien dengan kepala anda berada sekitar 45 cm didepan dan sekitar 15 derajat ke arah kanan garis penglihatan mata kanan klien. Pegang oftalmoskop dengan tangan kanan anda dengan apertura penglihat sedekat mungkin dengan mata kanan anda. Letakkan ibujari kiri anda dimata kanan klien untuk mencegah memukul klien dengan oftalmoskop pada saat anda bergerak mendekat. Jaga agar telunjuk kanan anda tetap berada di selektor lensa untuk menyesuaikan lensa seperlunya.
  • Instruksikan klien untuk melihat lurus pada titik sejajar mata yang sudah ditentukan didinding. Instruksikan juga pada klien,bahwa meskipun berkedip selama pemeriksaan diperbolehkan,mata harus tetap diam. Kemudian,mendekat dari sudut oblig sekitar 38 cm dan dengan dioptri pada angka nol. Berfokuslah pada lingkaran kecil cahaya pada pupil.

                                                                                                                     
BAB III
PENUTUP

ü Kesimpulan
Untuk pemeriksaan mata dapat dilakukan dengan cara inpeksi, palpasi, dan auskultasi dengan menggunakan oftalmoskop.
Inpeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan.
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba.
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus. Pemeriksaan dengan oftalmoskop


DAFTAR PUSTAKA

http://books.google.com/books?id=0j6fP4s5nIUC&pg=PA145&dq=pemeriksaan+inspeksi+mata&hl=id&ei=vZB6TqTuKq6wiQf7j_gZ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CC4Q6AEwAA#v=onepage&q=pemeriksaan%20inspeksi%20mata&f=false